Jumat, 29 Agustus 2008

dodol!!!

dodol,dodol,dodol........

nama makanan c emang, makanan yang ga aku suka!

sama kek sekarang, aku lagi ga suka!

ga suka dengan keadaan,

ga suka dengan aaaaahhhhh.........

apapun itu, aku ga sukaaaaaaaaaa.............................







hmpfh......
paru-paru basah, apaan tuch??
paru-paru kecelup got ha???

dasar dokter sinting!!!
dokter dodol!!!






huh....
ini lagi.....
manajemen bisnis???
apaan tuch???
ekonomi delelele segala macem....
mending gua neliti fusi sel, genetika dkk.....
psikologi hilang tah kemanaa.....
emang c aku nya jg ga ada usaha, tapi knapa aku haruz terkucil gini???
aku pengen jadi yang paling bisa, ya paling ga, aku ngertilah dengan mata kuliah yang aku jalani, seperti di SMA dulu......




ya ampun.....
sabar dian,,,,,,,sabarrr......................
astaghfirullah........

Jumat, 27 Juni 2008

curhat yuuk.....

Akhirnya........

dah sekian lama tak ngepost..... sekarang muncul lage....

oy, pertama-tama, ucap syukur dulu yuk pada Allah, karna aku dah lulus dari bangku SMA.......

duh, senengnya...........


oy, selain itu ada kabar ne.....
mantan sahabat aku yg fs na sempet aku ganti password na (ya hak cipta ku sebagai pendaftar), sekarang maen fs lg via temen ku yg laen.... tp lucuna, dy ga tau apa2, sebatas ngrim n ngbalez testi doank! wakakakkakakakkaak..............................
buktinya, dengan ga tau malu sama sekali, dy krm testy k "malaikat"nya itu minta tlg primary ft na diganti...... jelas iseng ku kumat!!!

ku kirim testy yg bernada sama ke temennya (yg notabene temen sd ku yg blajar oprational fs ma aku jg)....... malu dech malu lu........ makanya, jgn sok2an lah.....

Rabu, 14 Mei 2008

Arti Sahabat

Ketika ku menghampiri rak buku ku yang penuh dengan koleksi buku2 ku, aku tertarik untuk membaca kembali Chicken Soup for the Kid's Soul.
Dan aku menemukan kembali untaian kata2 sederhana namun penuh makna tentang arti seorang sahabat. Mungkin kata2 ini dulu terabaikan olehku, tapi sekarang pelajaran hidup telah membawaku untuk lebih merasakan makna kata2 ini.
Dan inilah kata2 itu yang kan kubagikan kepada kalian......
Sahabat...
Seorang sahabat tidak akan membiarkanmu merusak diri sendiri.
Senantiasa punya waktu untuk mendengarkan masalah-masalahmu dan memberikan nasihat terbaik.
Bisa bersikap terbuka dan apa adanya di dekatmu.
Tidak merasa segan menerima saranmu.
Tidak akan pernah mencoret namamu.
Danielle Fishel
Seorang sahabat akan selalu menepati janji, bicara jujur, meluangkan waktu untukmu, dan bisa tertawa bersamamu.
Leah Hatcher, 14 tahun
Seorang sahabat akan tahu apa yang ingin kaukatakan, meski kau tidak mengucapkannya.
Memahami perasaanmu, meski kau sendiri tak bisa memahaminya.
Akan selalu memaafkanmu, biasanya sebelum kau sendiri bisa memaafkan dirimu.
Sarah Bennett, 13 tahun
Seorang sahabat selalu bersedia menolongmu tanpa pamrih.
Mau datang menyemangatimu saat kau bertanding.
Roman Zaccuri, 12 tahun
Seorang sahabat akan selalu mengatakan penampilanmu bagus---meski sebenarnya tidak.
Memberitahukan kalau ada sesuatu yang terselip di gigimu.
Katie Adnoff, 13 tahun
Seorang sahabat tidak bicara yang jelek-jelek tentang dirimu
Martina Miller, 12 tahun
Seorang sahabat mempunyai tempat istimewa di hatimu dan selalu ada saat dibutuhkan.
Meghan Gilstrap, 14 tahun
Seorang sahabat tidak akan menertawakanmu saat kau berbuat bodoh.
Bersedia menemanimu sepulang sekolah, untuk membantumu menyelesaikan hukuman menulis 250 baris.
Danielle Ushelton, 12 tahun
Seorang sahabat adalah orang yang bisa kauhormati, menghormatimu, dan mau berbagi perasaan.
Jorge Prieto, 11 tahun
Seorang sahabat membuatmu merasa nyaman dengan dirimu sendiri.
Mendorongmu untuk meraih cita-citamu.
Tak pernah iri kepadamu.
Megan Preizer, 12 tahun
Seorang sahabat akan senantiasa mendampingimu dalam suka dan duka.
Molly Oliver, 9 tahun
Seorang sahabat tidak akan melanggar janjinya untuk tidak membuka rahasia.
Tidak membicarakanmu pada teman-teman lain.
Abadi selamanya.
Angie Porter, 12 tahun
Seorang sahabat akan selalu berpihak padamu saat kau merasa seluruh dunia menentangmu.
Meshelle Locke, 13 tahun
Seorang sahabat akan selalu membuka pintu untukmu, walau hari sudah larut malam.
Takkan pernah mengkhianatimu.
Membantumu mendapatkan teman-teman baru.
Eun Joo Shin, 13 tahun
Seorang sahabat akan selalu memaafkanmu setelah bertengkar.
Gina Pozielli, 12 tahun
Seorang sahabat bersedia membagi makan siangnya denganmu kalau kau lupa membawanya.
Hayley Valvano, 12 tahun
Seorang sahabat tidak akan ikut tertawa kalau ada yang membuat lelucon jahat tentang dirimu.
Brittany Miller, 12 tahun
Seorang sahabat menyukaimu sebagaimana adanya, bukan karena penampilanmu, sebab itulah yang paling penting.
Marleigh Dunlap, 11 tahun
Seorang sahabat tidak akan pernah menertawakan apa pun yang kaumiliki dan kaulakukan.
Jessica Ann Farley, 10 tahun
Seorang sahabat akan membantumu bangkit saat kau terjatuh di arena roller skate.
Elisabeth Hansen, 12 tahun
Seorang sahabat tidak akan mementingkan kecantikan atau popularitas, melainkan menyukaimu karena kepribadianmu. Akan mendampingimu hingga akhir.
Renny Usbay, 12 tahun
Seorang sahabat tidak selalu berpikir sama seperti dirimu.
Akan mengadukanmu kalau kau memakai obat bius atau merokok.
Akan menegurmu dengan baik-baik kalau kau berbuat salah.
Stephanie Lane, 12 tahun
Seorang sahabat adalah orang yang dipercayai juga oleh ibumu.
Mike Curtis, 13 tahun
Seorang sahabat tidak akan takut dilihat bersamamu.
Akan tertawa mendengar lelucon-leluconmu, meski tidak lucu.
Geoff Rill, 12 tahun
Seorang sahabat tidak pernah menimpakan segala kesalahan pada dirimu.
Tania Garcia, 13 tahun
Seorang sahabat akan bersedia membagi potongan terakhir permennya padamu.
Adalah hadiah yang bisa kaubuka berulang kali.
Natalie Citro, 12 tahun
Seorang sahabat akan selalu percaya padamu saat orang-orang lain tidak mempercayaimu.
Ashley Parole, 12 tahun
Seorang sahabat tidak akan iri kepadamu ketika kau diperlakukan bak putri raja oleh seorang pangeran yang jago komputer.
Dian Pratiwi, 17 tahun

Selasa, 13 Mei 2008

Butuh Jilbab

Hi mua....
aku ne ga lama lagi (Insya Allah) bakal ke Bandung buat nerusin study aku di STMB Telkom.
And rencananya aku pengen pake jilbab, tapi aku lagi bingung nyari jilbab simpel yang cocok buat usia ku (ga terkesan tua walaupun simpel). rencananya aku pengen hunting baju muslim yang juga haruz simpel n nyaman plus jilbab na di Bandung. Tapi aku ga tau tempatnya, jadi bantu aku yach..... thx...

SMS Teror : Telepon Santet

Huh, akhirnya misteri telepon santet yang beritanya seminggu belakangan ini beredar luas telah terkuak. Pelakunya adalah seorang remaja putri asal Tanjung Uban, Kepulauan Riau. menurut pengakuannya saat diwawancarai oleh tim Seputar Indonesia yang ditayangkan pada tanggal 12 Mei 2008 sekitar pukul 18.00 WIB di RCTI, awalnya dia hanya iseng ingin mengerjai temannya dengan memanfaatkan aplikasi handphone yang bisa mengeluarkan lampu dan huruf berwarna merah. Dia mengasosiasikan warna merah sebagai warna darah, kematian, dan ilmu hitam.
hmmm.... kreatif sich, imajinasi yang cukup bagus, tapi sayang, salah penyaluran....
dia ga berfikir bahwa keisengan dia itu akan memberi dampak yang sangat besar bagi masyarakat. apalagi bagi masyarakat yang sangat percaya pada takhayul dan memiliki pemikiran yang sempit. jujur, aku jg sempat sedikit termakan ketika aku mendapatkan sms itu dari papaku. apalagi mimik papaku begitu serius ketika menjelaskannya. namun aku hanya bisa berdoa kepada Allah SWT agar dilindungi dari semua marabahaya.
dan setelah ada konfirmasi di televisi tersebut, aku langsung mengabarkannya kepada sejumlah temanku dan tanteku yang sempat ketakutan juga. sekarang aku bisa lega namun juga sedih... karena sepertinya remaja Riau kurang hiburan dan pekerjaan sehingga tega berbuat sesuatu yang merugikan banyak pihak, termasuk operator seluler yang baru saja beredar, AXIS.
aku mewakili remaja Riau yang prihatin terhadap kasus ini, meminta maaf kepada AXIS karena telah beredar berita yang tidak-tidak tentang mereka. tapi ku harap, tentang tarif super murah yang ditawarkan AXIS itu bukan berita yang tidak-tidak. hehehe..... aku jd penasaran ma kartu AXIS. di mana ya aku bisa dapetin tu kartu???

Senin, 12 Mei 2008

Boring!

ini nih, penyakit pelajar.....

dulu, waktu di Sekolah Dasar, ngimpi pengen make' rok donker...
truz, pas 'dah duduk di SMP, ngimpi lagi pengen make' rok abu2...
kemaren, sesudah 3 taun make' rok abu2, hampir tercapai impian pengen bebas dari seragam sekolah...

Tapi...
berhubung ajaran baru untuk para mahasiswa masih sekitar 3 bulanan lagi, aku malah boring banget di rumah sendirian....
mao jalan ma temen, tapi temen ku udah pada pergi bimbel ke luar kota semua...
pengen tiduran teruz, tapi bisa bikin pusing kepala....
mao nonton teruz, tapi ntar mataku bisa keluar...
pengen nulis tapi malu2 mau...
hehehehe....

jadi na aku ya keq gini dech, jadi kerajinan ngebalez testi di FS....nongkrong di depan laptop tanpa tujuan jelas, browsing sana, browsing sini, boring booo........

Hubungan Kepribadian dengan Kebudayaan ----> khusus Melayu Riau

Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Aristoteles mengatakan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk monodualisme. Artinya setiap manusia memiliki dua naluri pokok yang bertentangan. Yang pertama adalah keinginan untuk berhubungan dengan Khaliknya (sebagai makhluk individu), dan yang kedua adalah keinginan untuk berhubungan dengan individu lain dalam konteks masyarakat (sebagai makhluk sosial).
Selo Soemardjan mendefinisikan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Paul B. Horton, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia-manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.
3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.

Untuk terbentuknya suatu masyarakat paling sedikit harus terpenuhi tiga unsur berikut.
1. Terdapat sekumpulan orang.
2. Berdiam atau bermukim di suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama
3. Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu menghasilkan kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan kebendaan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan membentuk sebuah masyarakat. Dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat yang berkembang menjadi kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah tertentu akan berbeda dengan kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena setiap kelompok masyarakat memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor bahasa, keadaan geografis dan kepercayan.
Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki ribuan pulau dengan jutaan penduduk yang tersebar di seluruh pulau sudah pasti pula memiliki corak budaya yang beraneka ragam. Dari ragam corak budaya ini pula menghasilkan ragam kepribadian individu masyarakat Indonesia.
Kepribadian sendiri adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap yang melekat pada seseorang apabila berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan.
Untuk membuktikan adanya hubungan antara kebudayaan dengan kepribadian, kita ambil satu contoh dari sekian kebudayaan yang ada di Indonesia. Misalnya kebudayaan Melayu Riau.
Riau adalah salah satu propinsi daerah tingkat I di Indonesia yang wilayahnya terdiri dari daratan (yang berada di pulau Sumatera) dan perairan (yang berada di lautan yang terdiri dari ribuan pulau-pulau). Riau dengan alam lingkungan yang demikian itu memiliki kebudayaan daerah yang khas, yang sangat menarik dijadikan objek penelitian. Penelitian ini mengkaji keterkaitan kebudayaan Melayu Riau dengan kepribadian masyarakatnya per-individu dari sudut bahasan sosiologi-antropologi.
Rumusan masalah penelitian ini, adalah :
1. Apa saja yang terkandung dalam Kebudayaan Melayu Riau?
2. Adakah pengaruh kebudayaan Melayu Riau terhadap perkembangan kepribadian masyarakatnya? Jika ada, bagaimana prosesnya?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menemukan hubungan antara kebudayaan dengan pembentukan kepribadian. Penelitian ini secara khusus memiliki maksud sebagai berikut:
1. Lebih mengenal kebudayaan Melayu Riau melalui pembahasan antropologi.
2. Menemukan fakta keterkaitan kebudayaan dalam proses pembentukan kepribadian.

C. Tinjauan Pustaka
Arti Kepribadian menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu – Zain adalah sifat khas dan hakiki seseorang yang membedakan dia dari orang lain.
Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian :
1. Faktor Biologis
2. Faktor Geografis (Lingkungan Fisik)
3. Faktor Kebudayaan Khusus
4. Faktor Pengalaman Kelompok
5. Faktor Pengalaman Unik
Sedangkan arti Kebudayaan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu – Zain adalah (1) segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran dan akal budinya; (2) peradaban sebagai hasil akal budi manusia; (3) ilmu pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupannya dan memberikan manfaat kepadanya.
Selanjutnya Koentjaraningrat dengan mengacu pada pendapat Kluckhohn menggolongkan unsur-unsur pokok yang ada pada tiap kebudayaan dunia, antara lain sebagai berikut.
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian

D. Landasan Teori
Kebudayaan dan kepribadian termasuk objek kajian Sosiologi dan Antropologi.
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman ciri-ciri fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Ciri-ciri utama Sosiologi dan Antropologi adalah:
a. Empiris, yaitu berdasarkan pada observasi dan akal sehat serta tidak bersifat spekulatif.
b. Teoritis, yaitu disusun dari hasil-hasil pengamatan.
c. Komulatif, yaitu disusun atas teori-teori yang sudah ada atau memperluas serta memperkuat teori-teori lama.
d. Non Etis, yaitu tidak mempersoalkan baik buruk masalah tersebut, namun lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Tujuan Sosiologi dan Antropologi
a. Akademis, yaitu tujuan yang bersifat sebagai ilmu pengetahuan secara teori.
b. Praktis, yaitu tujuan untuk mencari solusi serta menganalisa setiap masalah sosial yang terjadi di masyarakat berdasarkan teori.

E. Metode Penelitian
Objek material penelitian ini adalah Kebudayaan dan Kepribadian masyarakat Melayu Riau, objek formalnya adalah Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Individu. Penelitian ini merupakan penelitian literer, yang mengumpulkan seluruh data dari data kepustakaan.
Model penelitian ini adalah penelitian sistematis-refleksif yang dipusatkan pada penelitian kepustakaan. Metode yang dipakai yaitu metode hermeneutik filosofis, unsur-unsur metodis yang digunakan sebagai berikut:
a. Interpretasi
b. Deskripsi
c. Holistik
Bab II
SUBSTANSI KEBUDAYAAN MELAYU RIAU

A. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Masyarakat Riau
Salah satu karakteristik yang dimiliki daerah Riau adalah letak geografisnya yang sangat strategis. Letaknya berada di tengah-tengah pulau Sumatera bagian timur dan di jalur lalu lintas perdagangan internasional (Selat Malaka) yang berbatas langsung dengan negara Singapura dan Malaysia, khususnya Singapura sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Daerah Riau terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan dengan kawasan perairan yang sangat luas. Oleh karena itu banyak sekali pendatang-pendatang yang masuk ke daerah Riau sebagai pedagang yang singgah ataupun yang menetap.
Masyarakat Riau sebagian besar adalah orang Melayu, yang lainnya adalah pendatang yang terdiri dari berbagai suku bangsa, seperti : Jawa, Minangkabau, Batak, Banjar dan Bugis. Masyarakat Riau dalam penelitian ini lebih ditekan pada pengertian orang-orang Melayu Riau. Orang Melayu Riau menganut kebudayaan Melayu dengan identitas Melayu Islam, sedangkan para pendatang sebagian berbaur menganut kebudayaan Melayu dan sebagian masih tetap berakar pada kebudayaan asalnya.
Masyarakat Riau mempunyai keragaman dalam adat dan tradisi atau dalam pengertian yang lebih luas keragaman dalam budaya. Keragaman dalam budaya yang berpangkal dari kerajaan-kerajaan Melayu pada masa lampau memberi implikasi terhadap sistem nilai yang dianut masyarakat. Ada tiga perangkat sistem nilai dalam masyarakat Riau, yaitu : nilai agama, nilai adat dan nilai tradisi.
a. Nilai Agama
Perangkat sistem nilai ini diberikan oleh agama Islam yang dipandang mulia oleh masyarakat. Nilai-nilai yang diberikan ajaran Islam merupakan nilai yang tinggi kualitasnya, paling elok dan ideal. Setiap orang dalam masyarakat Riau menyadari nilai agung itu, sehingga dengan rela hati akan mengikuti dan mematuhinya. Orang yang berbuat demikian dipandang sebagai manusia yang tinggi martabat pribadinya, dan dipandang sebagai suri teladan untuk menuju jalan hidup yang mulia (Hamidy, 1982 : 8).
Sistem nilai agama ini merupakan seperangkat nilai yang berasal dari wahyu Illahi dipandang sebagai sumber nilai yang lainnya. Nilai agama Islam sebagai ukuran terhadap nilai-nilai lain seperti nilai adat dan nilai tradisi. Nilai agama itu berfungsi sebagai penyaring nilai-nilai yang lain dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau, sehingga nilai agama Islam dipandang berada di atas nilai-nilai yang lain.
Sistem nilai agama Islam bersifat vertikal dan bersifat horizontal. Vertikal yaitu berhubungan manusia dengan Tuhan, hubungan makhluk dengan khalik, sedangkan horizontal adalah hubungan antara sesama manusia.

b. Nilai Adat
Perangkat sistem nilai adat ini diberikan oleh adat melalui ungkapan adat yang merupakan hasil pemikiran yang mendalam dari pemuka adat (datuk-datuk) terdahulu tentang bagaimana sebaiknya kehidupan dapat diatur, sehingga kehidupan dapat berjalan dengan damai dan bahagia serta harmonis (Hamidy, 1982 : 9). Sistem nilai adat kaidahnya berkadar hukum, oleh karenanya diberi sanksi bagi setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Nilai adat memberi ukuran bagaimana orang harus berbuat dan bertingkah laku di dalam masyarakat Riau. Tujuannya adalah ketertiban dan keselarasan antara orang perseorangan dengan orang lain dan antara rakyat dengan penguasa.

c. Nilai Tradisi
Perangkat sistem nilai tradisi ini diberikan oleh tradisi berdasarkan mitos, yaitu membuat keharmonisan antara manusia dengan alam. Sistem nilai tradisi memberikan pembenaran kepada sistemnya melalui mitos-mitos. Peursen (1976 : 37) menyebutkan bahwa mitos ialah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. cerita itu dapat dituturkan, tetapi juga dapat diungkapkan lewat tarian atau pementasan. Lewat mitos itu manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian sekitarnya, dapat menanggapi daya-daya kekuatan alam.
Nilai tradisi tidak memberikan sanksi dalam pelaksanaan dari norma-norma yang diberikannya. Alam dipandang sejajar dengan manusia, tetapi bisa pula dipandang lebih tinggi dari manusia.

Ketiga perangkat sistem nilai tersebut di atas, dapat dibedakan menurut landasannya. Sistem nilai agama landasannya wahyu Illahi, sistem nilai adat landasannya ungkapan adat, dan sistem nilai tradisi landasannya yaitu mitos-mitos. Tingkat kualitas ketiga perangkat sistem nilai itu, tampak bahwa sistem nilai agama merupakan sistem nilai paling tinggi, di bawahnya sistem nilai adat dan terakhir sistem nilai tradisi. Sistem nilai tradisi adalah nilai-nilai yang paling banyak mewarnai kehidupan sosial masyarakat Riau. Apabila diperhatikan dari bawah, masyarakat Riau sering berawal dengan nilai tradisi yang hidup dalam masyarakatnya. Sesudah itu nilai adat dianggap sebagai jembatan untuk menyelaras hidup dengan masyarakat. Selanjutnya sampai pada nilai agama sebagai nilai yang paling ideal atau nilai yang suci. Ketiga perangkat sistem nilai itu merupakan perwujudan nilai manusiawi sebagai nilai religius, nilai kebenaran, nilai etis, dan nilai estetis.


B. Pola Pikir Masyarakat Melayu Riau
Pada masa kerajaan-kerajaan Melayu Riau, agama Islam menjadi agama resmi kerajaan, maka perkembangannya semakin pesat dalam masyarakat. Ciri-ciri orang Melayu Riau adalah:
1) Beragama Islam
2) Berbahasa Melayu, dan
3) Beradat istiadat Melayu
(Wahyuningsih & Rivai, 1986 :100 , Wan Ghalib dalam Al Azhar, 986 : 16)
Pandangan ini dalam masyarakat Riau yang melahirkan sebutan, bahwa orang yang bukan Islam, kemudian masuk agama Islam, disebut “masuk Melayu”. Sebaliknya, orang Melayu sendiri yang keluar dari agama Islam, tidak lagi diakui orang Melayu, tetapi disebut “orang lain” atau “budak asing”.
Para pendatang yang mengalir deras ke Riau disambut baik oleh orang Melayu. Mubyarto dkk (1993 : 1) menyatakan, salah satu modal utama daya tarik propinsi Riau bagi para pendatang adalah kekayaan sumber daya alamnya, yaitu minyak bumi, timah, hutan dan perkayuan, serta perkebunan. Kebudayaan Melayu yang “toleran dan suka mengalah” (Mubyarto dkk, 1993 : 8), menyebabkan para pendatang menjadi betah tinggal di Riau. Percampuran para pendatang dengan orang Melayu Riau dalam suatu komunal masyarakat Riau, mengakibatkan terjadinya akulturasi nilai-nilai dan kebudayaan. Nilai-nilai orang Melayu Riau lebih dominan mempengaruhi tingkah laku para pendatang sehingga mereka ikut menjadi bagian integral dari masyarakat Riau.
Bagi orang Melayu, negeri dan kampungnya adalah rahmat Tuhan di negerinya itu, asalkan sesuai dengan adat dan tata nilai. Pendatang atau penduduk asli sama saja, tidak ada salah satu yang diberlakukan berbeda dengan yang lainnya. Dengan begitu orang pendatang merasa aman, orang tempatan mendapat teman.
Masyarakat Riau memiliki sistem nilai yaitu sistem nilai agama, sistem nilai adat, dan sistem nilai tradisi. Pengendali nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat disebut pemimpin. Masyarakat Riau menyebut pemimpin itu kadangkala dengan sebutan “orang patut” dalam pengertian orang-orang yang terkemuka, pemimpin, dan cendekiawan. Pemimpin sebagai pemegang kekuasaan bagi masyarakat Riau telah disitir dalam bait nyanyian Lancang Kuning, sebagai berikut :
Lancang Kuning berlayar malam
Haluan menuju ke lautan dalam
Kalau Nahkoda kurang paham
Alamat kapal akan tenggelam
(Tenas Effendy, 1995:19)
Lancang Kuning sebagai lambang kejayaan, kekuasaan, kebesaran dan kepahlawanan rakyat Riau itu dikemudikan oleh nahkoda, yakni pemimpin sebagai pemegang kekuasaan. Lancang Kuning berlayar malam menuju lautan dalam. Tafsirannya, bahwa pemimpin sebagai pemegang kekuasaan harus arif bijaksana dalam membawa masyarakat/pemerintah/negara menuju tujuan yang jauh yaitu adil dan sejahtera. Usaha untuk mencapai tujuan itu penuh tantangan dan bahaya. Apabila Nahkoda kurang paham, bila ia tidak dapat mengemudikan Lancang Kuning itu dengan baik, maka akan celaka dan tenggelam yang memusnahkan segala kejayaan, kekuasaan, kebenaran dan kepahlawanan rakyat Riau.
Masyarakat Riau mengingatkan pemimpin sebagai pemegang kekuasaan untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan roda masyarakat/pemerintahan/negara melalui nyanyian Lancang Kuning. Nyanyian itu berkaitan pula dengan peribahasa rakyat (Tenas Effendy, 1995:20), yang berbunyi :
Kalau pandai meniti buih
Selamat badan sampai di seberang
Pemimpin atau “orang patut” dalam masyarakat Riau terbagi dua jalur. Pertama, pemimpin atau orang patut formal, yaitu kepala desa, camat, bupati, walikota, gubernur dan pemimpin-pemimpin dalam jenjang tertentu pada instansi pemerintah. Kedua, pemimpin atau orang patut informal, yaitu di bidang agama disebut ulama, di bidang adat disebut pemuka adat, dan di bidang tradisi disebut bomo.
Hubungan pengabdian rakyat dengan pemimpin terpantul dalam ungkapan : “Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah”.
Sikap dan tingkah laku masyarakat Riau dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai kejayaan daerah dan nasional menurut “alur dan patutnya”. Ungkapan orang Melayu Riau yang menyebutkan, seperti : “betukang ada kiatnya, becakap ada adatnya”, artinya setiap pekerjaan ada cara dan ilmunya, berbicara ada pula adat dan adabnya.
Salah satu warisan budaya Melayu Riau yang amat tinggi nilainya adalah ungkapan tradisionalnya. Ungkapan itu menyingkap filsafat, pandangan hidup, dan cara hidup orang Melayu Riau, sebagai refleksi nilai-nilai manusiawi yang berpijak dari sistem nilai agama, sistem nilai adat, dan sistem nilai tradisi yang mereka warisi turun temurun. Sistem nilai masyarakat menjadi landasan dalam kehidupan bermasyarakat, hampir seluruhnya dituangkan ke dalam ungkapan yang beraneka ragam yang mengandung makna dan pengertian yang dalam. Panuti, mengatakan warisan budaya yang lalu sebagai akar pandangan hidup, sebagai berikut:
Menggali warisan nenek moyang yang agung nilainya itu perlu di dalam rangka membina dan mengembangkan kebudayaan kita. Dengan pengkajian naskah-naskah itu, kita dapat memahami dan menghayati pandangan serta cita-cita yang menjadi pedoman hidup mereka. Kebudayaan masa lampau itulah tempat berakar dan berpijaknya pandangan hidup dan cita-cita bangsa kita dewasa ini (Panuti, 1995 : 46).


Bab III
PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MASYARAKAT MELAYU RIAU

A. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Perkembangan Kepribadian
Berdasarkan definisi kebudayaan dan kepribadian yang telah dikemukakan sebelumnya, kebudayaan memiliki beberapa pengertian, yaitu segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia atau peradaban manusia sebagai hasil pemikiran dan akal budi mereka. Kebudayaan juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupannya dan memberikan manfaat kepadanya. Sedangkan kepribadian diartikan sebagai sifat khas dan hakiki seseorang yang membedakan dia dari orang lain.
Kesimpulannya, kebudayaan diciptakan oleh manusia dalam bermasyarakat sebagai wujud penyatuan cipta, karya dan rasa masing-masing individu untuk membentuk nilai dan norma baru yang berlaku dalam masyarakat itu. Kemudian nilai dan norma tersebut dipatuhi oleh setiap individu sebagai identitas dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang membedakan mereka dari kelompok masyarakat lain yang memiliki nilai dan norma yang berbeda.
Secara tidak sengaja, kebudayaan kelompok masyarakat tertentu akan terbawa keluar apabila salah seorang anggotanya melakukan hubungan dengan kelompok masyarakat lain yang memiliki kebudayaan berbeda. Di sinilah akan terlihat perbedaan tingkah laku sosial dari anggota masing-masing kelompok. Masing-masing akan membawa tingkah laku sosial yang berlaku di dalam kelompoknya. Itulah yang disebut dengan kepribadian umum dari suatu masyarakat.
Namun, perlu diingat bahwa tidak berarti bahwa semua anggota termasuk di dalamnya. Karena kepribadian tidak hanya dibentuk oleh faktor kebudayaan saja. Bisa saja dalam suatu kelompok itu terdapat pula kepribadian yang berbeda-beda dari masing-masing anggotanya, namun tetap ada satu kepribadian umum yang melekat pada diri mereka masing-masing sebagai bagian dari pengaruh kebudayaan itu tadi.


B. Cerminan Kebudayaan Melayu Terhadap Kepribadian Masyarakatnya
Sebagaimana yang telah kita ketahui, kebudayaan masyarakat Melayu Riau memiliki tiga perangkat sistem nilai, yaitu sistem nilai agama, sistem nilai adat dan sistem nilai tradisi. Untuk melihat kepribadian masyarakat Melayu Riau, kita lihat kepada sejauh mana pengaruh nilai-nilai tersebut dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau.
a. Sistem Nilai Agama
Masyarakat Melayu Riau sangat identik sekali dengan agama Islam. Sehingga tidak diragukan lagi jika nilai agama Islam berada di atas nilai-nilai yang lain. Dalam masyarakat Melayu Riau, nilai agama Islam dijadikan pedoman dalam kehidupan mereka, sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan keseharian mereka diselaraskan dengan nilai-nilai agama Islam.

b. Sistem Nilai Adat
Masyarakat Melayu dikenal dengan masyarakat yang beradat. Dahulu, apapun yang akan dikerjakan, dilakukan secara adat yang berlaku yang merupakan hasil pemikiran yang mendalam dari pemuka adat terdahulu. Tujuannya agar tercipta ketertiban dan keselarasan antara sesamanya. Oleh karena itu, masyarakat Melayu Riau memiliki sejumlah aturan-aturan adat yang mencakup seluruh kegiatan manusia secara detil. Contohnya saja dalam pernikahan, ada serangkaian adat yang harus dijalankan mulai dari merisik hingga akhir beserta sanksi-sanksi yang akan diterima jika adat tersebut atau salah satu dari rangkaian adat tersebut dilanggar.

c. Sistem Nilai Tradisi
Kepercayaan tradisi yang tersebar dalam kalangan orang Melayu Riau dewasa ini merupakan kelanjutan dari sistem kepercayaan sebelum masuk agama Islam di daerah ini. Secara sepintas kepercayaan animisme bertentangan dengan ajaran Islam. Orang Melayu dengan keyakinan Islamnya, masih juga mengandal nilai tradisi disebabkan ketiga sistem nilai yang melandasi kehidupan orang Melayu selalu dipengaruhi tiga aspek: ritus, para pemimpin dan ajarannya. Ketiga aspek ini tidak terpisahkan, bahkan terkait satu sama lain. Setiap aspek tersebut dapat dilaksanakan adanya proses pertentangan dan penyesuaian antara sistem nilai tradisi dan sistem nilai agama.
Kekayaan seni dan budaya Riau berupa : hasil-hasil kerajinan rakyat, tari-tarian daerah, nyanyian, langgam Melayu, serta sastra Melayu seperti: Gurindam Dua Belas, Pantun Klasik, dan lain sebagainya.
Pantun dalam kebudayaan Melayu telah menjadi ciri khas utama keseharian masyarakat Melayu. Sejarah sastra Melayu berkembang pesat dengan lahirnya sastrawan-sastrawan Melayu yang mewarnai dunia kesusasteraan tanah air, seperti Yung Dollah, Hang Kafrawi, Afrizal Cik dan lain-lain. Bahkan H. Soeman Hs yang notabene asli berdarah Batak dengan bangga mengatakan bahwa beliau lebih merasa menjadi orang Melayu di tanah Melayu ini. Perhatian dan kecintaan beliau pada adat resam Melayu tergambar dengan jelas di dalam karangan-karangannya. Watak tokoh dalam cerita yang beliau karang menurut beliau sangat kuat pada pembawaan-pembawaan Melayu. Seperti kita tahu, bahwa pembawaan Melayu itu banyak memakai pribahasa atau pepatah-petitih. Sama juga dengan orang Minang. Itu jangan sampai ditinggalkan. Seperti di dalam peribahasa Melayu yang hebat mengatakan: “Hemat pangkal kaya….”. pepatah ini bukan untuk kelakuan manusia saja tetapi dalam bahasa Melayu pun hemat itu dipakai oleh si Melayu.
















Bab IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keseluruhan hasil penelitian dan pembahasan di muka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kehidupan masyarakat Melayu Riau dilandaskan oleh tiga nilai utama, yaitu nilai agama, nilai adat dan nilai tradisi yang tak akan pernah terpisahkan apalagi berjalan sendiri.
2. Kebudayaan Melayu Riau sangat mempengaruhi kepribadian masyarakatnya dalam menjalankan nilai-nilai agama, adat dan tradisi.
3. Kebudayaan suatu masyarakat akan turut berperan dalam proses pembentukan kepribadian anggota masyarakatnya.

B. Saran
1. Diharapkan penilitian ini terus dilanjutkan untuk kebudayaan-kebudayaan yang lain agar khasanah-khasanah budaya Indonesia dapat dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia.
2. Para pemuda-pemuda Melayu Riau hendaknya menjaga serta melestarikan budaya peninggalan nenek moyang ini agar penerus bangsa nantinya tidak kehilangan arah akibat dari punahnya kebudayaan.










DAFTAR PUSTAKA


Agustianto, 2003, Dimensi Aksiologis Dalam Simbol Riau, Daulat Riau, Pekanbaru.
Badudu – Zain, 2001, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Cik, Afrizal, 2002, Tempias: Sumpah Harimau di Selatpanjang, Yayasan Pusaka Riau, Pekanbaru.
Idianto M, 2004, Sosiologi untuk SMA kelas X, Erlangga, Jakarta.
MA Jabbar, Fakhrunnas, 2003, H. Soeman Hs: Bukan Pencuri Anak Perawan sebuah Otobiografi, Yayasan Pusaka Riau.